Selasa, 26 Oktober 2010

menganalisa Persaingan pasar antara produk shampoo PT Unilever Indonesia Tbk “sunsilk” dan PT P&G Indonesia ”pantene”

Persaingan antara produk shampoo PT Unilever Indonesia Tbk “sunsilk” dan PT P&G Indonesia ”pantene”


Di jaman seperti ini kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan tubuh sangatlah meningkat, secara tidak langsung pengadaan dan pemakaian produk kebersihan tumbuh lebih tinggi . maka Salah satu produk yang sering dipakai untuk kebersihan adalah shampoo. Dimana shampoo bertujuan untuk merawat dan membersihkan kotoran pada rambut. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pemakaian produk shampoo maka semakin tinggi juga tingkat persaingan antara sesama produk shampoo Salah satunya adalah persaingan antara produk shampoo PT Unilever Indonesia Tbk. dan PT P&G Indonesia yang sangat sengit. Pada Unilever melempar empat merek shampoo, yaitu Sunsilk, Clear, Lifebuoy dan Dove. Hal yang sama juga dilakukan P&G, yaitu mengeluarkan merek Pantene, Rejoice, Head & Shoulders serta Herbal Essences. Maka, tak ayal lagi, pertempuran head-to-head dua musuh bebuyutan ini pun tak bisa dihindari. Dari kelayakan head-to-head, sebenarnya Sunsilk berpasangan dengan Pantene, Clear dengan Head & Shoulders, Lifebuoy dengan Rejoice, sementara Dove berhadapan dengan Herbal Essences. Namun, fakta di lapangan, yang terjadi malah persaingan multiple brands. Sering tidak jelas lagi siapa melawan siapa, bukan lagi sekadar merek vs. merek, tetapi Unilever vs. P&G dengan fokus memakan pelanggan pesaing.

Dengan tingkat penetrasi produk yang mendekati 100%, upaya menarik pelanggan baru yang belum pernah memakai sampo jelas bukan menjadi pilihan mudah. Hanya dengan meningkatkan frekuensi penggunaan dan merebut pelanggan pesaing, sebuah merek dapat bertahan hidup. Faktanya di lapangan malah sulit, karena hampir semua merek menawarkan varian yang tidak jauh berbeda. Penurunan harga akhirnya menjadi pilihan mujarab yang mewarnai kategori ini — mulai dari turun 6% bahkan sampai 25%. Dengan kondisi kategori yang telah jenuh, penurunan harga terbukti mampu meningkatkan volume penjualan yang cukup signifikan. Kondisi di kategori yang berdarah tapi manis ini akhirnya berpengaruh dalam perang head-to-head antarmerek. Yang menarik, meskipun di atas kertas Sunsilk lebih berhadapan dengan Rejoice, nyatanya Sunsilk dan Pantene perang habis-habisan dalam berbagai program pemasarannya. Sunsilk sebagai salah satu merek legendaris dengan cerdik meremajakan citranya dengan program Sunsilk Circle of Beauty.

Pada Unilever tergolong cukup menguasai industri ini karena dengan berbagai programnya cukup men-drive pasar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa inovasi komunikasi yang dilakukan, antara lain Sunsilk Beauty Camp, Sunsilk Girls Day dan Sunsilk Class. Perlawanan Pantene lewat program anggun Cari Bintang Pantene merupakan pertanda bagaimana kedua merek ini berlomba menjadi pahlawan kecantikan para wanita Indonesia.

Menurut Sumardy, diakui atau tidak, terlalu lama menjadi raja sampo dengan harga yang terjangkau kalangan menengah-bawah justru membuat Sunsilk sering dipersepsikan sampo untuk kalangan ibu-ibu dan remaja tradisional sehingga memang kelihatan lebih head on dengan sunsilk. Berbeda dari Pantene yang awalnya dengan harga mahal cukup diasosiasi sebagai produk untuk wanita modern. Sunsilk Circle of Beauty merupakan salah satu upaya Unilever memosisikan Sunsilk ke semua segmen, tak terbatas usia. langkah ini merupakan salah satu wujud kepedulian Unilever terhadap konsumen Sunsilk, yang utamanya adalah wanita.


SUMBER: http://swa.co.id

Selasa, 19 Oktober 2010

Analisis situasi pasar produk shampo

Analisis situasi pasar produk shampo

Seiring berkembangnya jaman kebutuhan akan kebersihan rambut semakin meningkat dikarenakan polusi dan cuaca yang kurang menentu.dan jumlah manusia makin bertambah banyak sehingga manusia pun harus membersihkan rambutnya. Dilihat dari situasi pasar tersebut maka dari itu usaha yang tepat adalah membuat suatu produk shampo .

Di Indonesia sendiri sudah lumayan banyak produk shampoo yang beredar dipasaran, mulai dari shampoo murahan sampai shampo yang sudah terkenal sejak lama di pasaran. Oleh karena itu masyarakat bebas memilih berbagai macam produk shampoo sesuai kebutuhan.

Apabila produk shampoo ingin laris dipasaran maka kita harus menyesuaikan harga shampo dengan rata-rata penghasilan masyarakat yang ada diwilayah tersebut, design shampo yang kita jual itu harus menarik masyarakat dan manfaat shampoo tersebut terhadap masyarakat harus benar efektif dan berkhasiat.

Minggu, 03 Oktober 2010

BISNIS SOFTWARE HOUSE

BISNIS SOFTWARE HOUSE

Bisnis software house adalah sekelompok orang atau individu atau perusahaan kecil yang melakukan bisnis dalam bidang pembuatan perangkat lunak (software) yang hasil produksinya bisa untuk client tertentu (seperti aplikasi intranet untuk sebuah company) , atau bersifat umum (seperti aplikasi untuk toko, apotik, rental mobil, dll) yang bisa digunakan oleh banyak client. Untuk Perkiraan kebutuhan dana awal dalam memulai usaha bisnis software house ini sekitar 25juta yang terdiri dari : komputer (Rp 16 juta), komunikasi (Rp 1 juta), internet (Rp 1 juta), promosi & marketing (Rp 2 juta), biaya lain (Rp 5 juta). Total sekitar Rp 25 juta.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam usaha bisnis software house ini:
1. Marketing(pemasaran) merupaka kekuatan utama untuk mendapatkan banyak client.
2. Kepuasan pelanggan (client) berkaitan dengan produk dan layanan yang diberikan oleh software house. Termasuk pula di sini keaktifan pihak customer support dalam mem-follow up si client pasca penyerahan produk.
3. Developer team (tim pengembang) yang handal: yakni para programmer yang ada di balik suatu produk/aplikasi. Dari tangan mereka lah, sebuah produk handal dihasilkan.
Tips untuk usaha software house.
 Untuk mendapatkan orderan/project bisa dilakukan dengan promosi lewat iklan di media cetak atau internet, hunting project di internet, metode jemput bola (langsung membuat proposal dan penawaran kepada calon client yang berpotensi membutuhkan produk/jasa IT).
 Apabila kita mempunyai skill namun modal yang kita punya sangatlah minim kita bisa melakukan "kumpul bareng sesama SDM IT” yaitu membuat usaha gotong royong, masing-masing membawa "sumbangan modal" seperti komputer dan lain-lain, sedangkan output dari hasil project bisa diatur seproporsional mungkin yang menyenangkan semua pihak.




Sumber: http://wirausahakita.blogspot.com/2005/04/dunia-software-house.html